Di Indonesia, hari raya Idul Adha sering kali disebut juga dengan istilah lebaran haji. Perayaan umat Islam ini identik dengan prosesi penyembelihan hewan kurban bagi muslim yang mampu menunaikannya. Itulah sebabnya, Idul Adha bukan hanya disebut lebaran haji, tetapi juga hari raya kurban.
Setiap tanggal 10 Dzulhijjah, umat Islam di seluruh dunia merayakan Idul Adha atau lebaran haji. Pelaksanaan hari raya ini dilakukan dengan cara menunaikan sholat ied di pagi hari, kemudian dilanjutkan dengan penyembelihan hewan kurban.
Pelaksanaan lebaran haji tersebut memang sudah sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al Kausar ayat 2 yang artinya sebagai berikut:
“Maka, laksanakanlah sholat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT).”
Meski sudah sesuai dalam ayat Al-Qur’an, mungkin sebagian dari Anda masih penasaran dengan sejarah, makna, hikmah, dan perbedaannya dengan perayaan umat Islam lainnya. Untuk itu, artikel ini akan menjelaskan secara lengkap mengenai lebaran haji.
Melansir laman resmi Kementerian Agama RI, Idul Adha merupakan gabungan dari kata idul dan adha. Id diambil dari bahasa Arab aada (yauudu) yang artinya kembali. Sedangkan, Adha diambil dari kata adhat yang berasal dari kata udhiyah, artinya kurban. Jadi, Idul Adha bisa diartikan kembali berkurban atau hari raya penyembelihan hewan kurban.
Lantas, mengapa di Indonesia menyebut Idul Adha sebagai lebaran haji? Kementerian Agama juga menjelaskan bahwa Idul Adha menandai dua selebrasi rutin (annual celebration) bagi umat Islam, yaitu penyelenggaraan ibadah haji dan ibadah kurban. Itulah sebabnya, Idul Adha sering disebut dengan lebaran haji karena perayaannya bertepatan dengan pelaksanaan ibadah haji di Tanah Suci.
Bagi umat Islam yang berkesempatan menunaikan ibadah haji, kurban termasuk bagian dari prosesi haji itu sendiri. Namun, bagi umat Islam di Tanah Air dan negara lain, tanggal 10 Dzulhijjah diperingati dengan melaksanakan shalat Ied berjamaah yang dilanjutkan dengan penyembelihan hewan kurban.
Sehari sebelumnya, yaitu pada 9 Dzulhijjah, jemaah haji di Tanah Suci wajib melaksanakan wukuf di Padang Arafah. Melansir laman resmi Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH), wukuf di Padang Arafah merupakan rukun puncak ibadah haji.
Pada hari itu, semua jemaah haji berkumpul di Padang Arafah untuk berdoa dan berdzikir hingga matahari terbenam. Selanjutnya, para jemaah haji menuju Muzdalifah untuk bermalam di sana.
Melansir laman resmi Nahdlatul Ulama (NU), perintah berkurban saat Idul Adha bagi umat Islam yang mampu bermula dari kisah pengorbanan Nabi Ibrahim dan anaknya, yaitu Nabi Ismail untuk menunaikan perintah dari Allah SWT.
Saat Ismail mulai beranjak remaja, Nabi Ibrahim diceritakan sempat bermimpi mengorbankan putra kesayangannya itu dengan cara disembelih. Nabi Ibrahim sempat bingung menyikapi mimpinya tersebut. Namun, ia tidak lantas mengingkari mimpinya itu. Nabi Ibrahim justru memilih merenung mengenai mimpi tersebut dan memohon petunjuk Allah SWT.
Setelah mimpi yang ketiga, barulah Nabi Ibrahim meyakini bahwa mimpi itu merupakan perintah dari Allah dan harus dilakukan. Nabi Ibrahim dikenal sebagai sosok yang patuh dan taat kepada perintah Allah. Hal ini ditunjukkan dalam Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 120 yang artinya:
“Sesungguhnya Ibrahim adalah imam (sosok anutan) yang patuh kepada Allah, hanif (lurus), dan bukan termasuk orang-orang musyrik.”
Nabi yang memiliki julukan Abul Anbiya atau bapak dari para Nabi ini pun akhirnya menyampaikan isi mimpinya kepada sang putra, sebagaimana tertuang dalam Al-Qur’an surat Ash-Shaffat ayat 102 yang artinya:
“Ketika anak itu sampai pada (umur) ia sanggup bekerja bersamanya, ia (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah apa pendapatmu?” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu! Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang sabar.”
Melihat ketaatan dan ketakwaan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, Allah SWT kemudian mengganti Nabi Ismail dengan seekor kambing untuk disembelih. Selanjutnya, daging kambing tersebut dibagikan kepada umat Muslim yang membutuhkan. Itulah asal mula Idul Adha atau lebaran haji yang dilaksanakan oleh umat Islam di setiap tahunnya.
Seperti yang telah disebutkan, penyebutan lebaran haji untuk Idul Adha tidak terlepas dari pelaksanaan ibadah haji di Tanah Suci pada bulan Dzulhijjah. Lantas, apa hikmah dari pelaksanaan lebaran haji itu sendiri?
Melansir laman resmi Nahdlatul Ulama, pelaksanaan kurban saat lebaran haji bukan semata untuk menyembelih hewan kurban, tetapi juga berkaitan dengan jiwa, raga, dan harta yang harus dikurbankan. Dengan begitu, hikmah dari pelaksanaan lebaran haji ini memiliki tujuan dan niat suci guna melaksanakan perintah Allah yang tertuang dalam rukun Islam yang kelima.
Pelaksanaan kurban saat lebaran haji memberikan pelajaran kepada umat Islam agar membiasakan diri untuk ikhlas dalam ucapan dan amal perbuatan yang dilakukan. Umat Islam yang beriman memotong hewan kurban tentu mengharapkan ridha Allah agar ibadahnya diterima dengan penuh keikhlasan.
Selain itu, hikmah Idul Adha atau lebaran haji lainnya yaitu memahami artinya sebuah perjuangan. Sebab, rangkaian ibadah haji di Tanah Suci bisa menjadi cerminan perjuangan yang dilakukan oleh para jemaah. Maka, sudah sebaiknya umat Islam yang menunaikan ibadah ini berserah diri dan melakukannya dengan hati ikhlas serta ketaatan untuk mengharap ridha dari Allah SWT.
Nahdlatul Ulama juga menjelaskan bahwa hikmah lain dari lebaran haji yaitu mengendalikan nafsu dan meningkatkan kepedulian terhadap sesama. Sebab, penyembelihan hewan kurban saat lebaran haji sebaiknya dibagikan dengan tepat. Dalam hal ini, sepertiga bagian daging kurban dianjurkan untuk diberikan kepada shohibul qurban beserta keluarga, sedangkan dua per tiga sisanya merupakan hak orang lain.
Seperti yang diketahui, Idul Adha atau lebaran haji termasuk salah satu hari raya umat Islam di seluruh dunia. Lantas, apa bedanya dengan perayaan Idul Fitri? Melansir laman resmi Nahdlatul Ulama, Idul Fitri artinya kembali bersih setelah menunaikan ibadah puasa Ramadan selama sebulan penuh, sedangkan Idul Adha artinya kembali bersih bagi orang-orang yang menjalankan ibadah haji dan berkurban.
Pada kedua hari raya ini, di antara amalan yang disunahkan bagi umat Islam di seluruh dunia yaitu menghidupkan malam hari raya dengan beribadah kepada Allah SWT. Banyak cara yang bisa dilakukan oleh umat Islam untuk beribadah di malam hari sebelum hari Raya, seperti shalat berjamaah, berdzikir, membaca Al-Qur’an, dan mengumandangkan takbir.
Selain persiapan yang telah disebutkan di atas, pelaksanaan lebaran haji juga membutuhkan persiapan lain, khususnya bagi Anda yang berniat untuk berkurban. Sebab, itu artinya Anda harus mengumpulkan dana yang cukup untuk membeli hewan kurban yang akan disembelih.
Untuk memudahkan Anda menyiapkan dana berkurban, GOAL Savers iB dari CIMB Niaga Syariah hadir sebagai solusi yang tepat. GOAL Savers iB menawarkan kemudahan kepada Anda agar bisa mengatur kebutuhan menabung untuk dana qurban dalam jangka waktu harian, mingguan, serta bulanan.
Dengan menabung melalui GOAL Savers iB, Anda juga berkesempatan untuk bisa mendapatkan hadiah wakaf Al-Quran, pembangunan masjid dan mushola, dana perguruan tinggi untuk dhuafa, tanah pesantren, sarana air bersih, hingga tempat tidur pasien. Tingkatkan selalu frekuensi tabungan GOAL Savers iB untuk mendapatkan hadiah wakaf dari CIMB Niaga Syariah. Temukan info lengkapnya di sini.
CIMB NIAGA Syariah memberikan kemudahan untuk mewujudkan rencana ibadah Haji Anda. Dengan memanfaatkan masa tunggu keberangkatan Haji, Anda dapat memanfaatkan waktu dengan menyiapkan finansial lebih fleksibel.